Breaking News

Berprestasi di tengah Ketidakmampuan

Berprestasi di tengah Ketidakmampuan

SOLO – Kendati penyandang defabel, ternyata tidak mengurangi semangat David Mikael Yakob untuk berprestasi. Setelah berhasil meraih tujuh mendali emas pada Asean Para Games (APG) VI, atlet tenis meja tersebut mengaku akan memfokuskan diri pada Paralympic 2012 mendatang di London.

“Setelah ini, saya akan memfokuskan diri untuk persiapan ikut Paralympic di London, 2012 mendatang,” ungkap David, pria kelahiran Makasar, 21 Juni 1977 saat ditemui seusai menerima bonus dari Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora) di Balaikota Solo, Jawa Tengah.


Lebih jauh, David mengaku bahwa olahraga tenis meja telah ditekuni sejak usia 9 tahun. Bahkan ia mengaku bahwa pertandingan yang dia ikuti tidak hanya sebatas nomor defabel. Tetapi juga ikut turnamen seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Sea Games. (hmr)
(sumber : http://sports.okezone.com/read/2011/12/22/433/545885/david-peraih-tujuh-medali-emas-apg)

Kebanyakan orang ketika mereka memiliki keterbatasan dalam dirinya, menjadi pribadi yang tertutup dan merasa rendah diri. Jarang sekali orang-orang seperti itu mau bergaul dengan orang yang memiliki kondisi fisik yang normal. Mereka merasa keterbatasan mereka membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa, serba terbatas dalam melakukan kegiatan dalam hidupnya bahkan merasa hidupnya hanya merepotkan orang lain saja.
Orang-orang defabel semakin merasa rendah diri karena orang yang berada di sekeliling mereka tidak memberikan dukungan tetapi justru memperolok, menertawakan bahkan tidak sedikit yang mempermainkan mereka. Itulah sebabnya tidak mudah bagi kaum defabel untuk bangkit dari kondisi mereka yang rendah diri. Namun bukan berarti orang defabel tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak mungkin meraih prestasi. Dari artikel diatas bisa diketahui bahwa ternyata setiap manusia diciptakan dengan berbagai macam potensi yang dapat digali dan dikembangkan. Tidak perduli itu orang yang memiliki kondisi fisik yang normal maupun mereka yang memiliki keterbatasan fisik (kaum defabel).
Rasa rendah diri yang sama juga pernah ditunjukkan oleh salah satu tokoh dalam Alkitab, yaitu Musa:
Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (Keluaran 4:10).
Dia merasa tidak mampu saat Allah memerintahkan kepada Dia untuk kembali ke Mesir untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Firaun.
Kita bisa belajar dari David, seorang pemuda yang secara fisik memang dia memiliki kekurangan dibandingkan dengan orang lainnya, tetapi secara mental dan semangat dia bahkan bisa lebih dibandingkan dengan orang normal pada umumnya. Dia tidak memperdulikan kelemahan yang dia miliki, dia terus berjuang dan mengembangkan potensi yang dia miliki dan hasil perjuangan yang dia lakukan membuahkan hasil. Tidak tanggung-tanggung tujuh medali emas dia peroleh dari cabang olah raga tennis meja di Asean Para Games VI.
Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan. (Keluaran 4:15).
Saat Allah mendengar perkataan Musa, Allah marah namun kemudian menguatkan Musa, menyertai dia serta mengajarkan kepada Musa apa yang harus dia katakan baik kepada bangsanya maupun kepada Firaun.
Setiap orang pasti memiliki kekurangan dan kelemahan, tetapi itu bukanlah suatu alasan yang membuat kita tidak bisa mencapai potensi terbesar kita. Berserahlah pada Allah dan mohon bimbingan-Nya serta gali segala potensi yang kita miliki maka keberhasilan menanti kita. (Anton Pramono)

Tidak ada komentar