Renungan Harian, 21 Mei 2012
Ketaatan Mutlak
Bilangan 15:1-41; Roma 2:6-8
“Maka jumbai itu akan
mengingatkan kamu, apabila kamu melihatnya, kepada segala perintah TUHAN,
sehingga kamu melakukannya dan tidak lagi menuruti hatimu atau matamu sendiri,
seperti biasa kamu perbuat dalam ketidaksetiaanmu terhadap TUHAN” (Bilangan
15:39).
Taat dan ketaatan adalah sebuah kata yang sangat
mudah untuk dikatakan, tetapi sukar untuk dilakukan. Ada beberapa kata dalam
bahasa Yunani yang dapat diartikan dengan kata “taat”. Salah satu dari kata
tersebut adalah “pistis”, kata yang sama dengan kata yang berarti “iman”.
Dengan demikian, kita kita berbicara masalah ketaatan, maka hal tersebut tidak
bisa dipisahkan dari iman, sebab dua-duanya berasal dari akar kata yang sama.
Bilangan 15 sangatlah menekankan pentingnya
mendengarkan perintah TUHAN dan taat menjalankannya. Ayat 1 sampai 21
menghubungkan ketaatan terhadap perintah Allah dengan korban yang berkenan
kepada Tuhan. Ayat 22 sampai 29 membahas bagaimana ketika seseorang secara
tidak sengaja melanggar perintah Allah harus bertobat dan memberi korban
sebagai pendamaian. Ayat 30 sampai 36 menunjukkan, jika pelanggaran itu
disengaja, maka ada penghukuman. Sedangkan ayat 37 sampai 41 membahas tentang
jumbai peringatan, supaya setiap orang senantiasa teringat akan perintah Allah
dan melakukan semua perintah tersebut.
Perihal ketaatan sangatlah ditekankan dalam pasal
ini. Hal tersebut dikarenakan pada pasal sebelumnya, ketidaktaatan bangsa
Israel terhadap perintah Allah, membuat sebagian besar dari mereka tidak dapat
masuk ke tanah perjanjian (Bil 14:28-33), hanya keturunan mereka yang bisa
masuk ke tanah perjanjian dan dua orang diantara mereka, yaitu Yosua bin Nun
dan Kaleb bin Yefune (Bil 14:38).
Ketaatan adalah hal yang sangat penting, sebab hal
tersebut berkaitan dengan iman percaya kita. Jika kita berkata kita beriman,
tetapi kita tidak taat, maka hal itu merupakan sebuah kebohongan. Dengan
demikian, jika kita beriman kepada Allah, maka kita pun harus taat kepada Allah
dan segala perintah-Nya, jika tidak, maka sama halnya kita menyangkali iman
percaya kita sendiri kepada Allah.
Marilah kita belajar pada pribadi Abraham, pribadi
yang disebut sebagai “bapa orang beriman”. Predikat tersebut tidak asal melekat
pada diri Abraham, sebab dia telah membuktikan imannya dengan tetap berpegang
teguh pada janji Allah dan senantiasa melaksanakan perintah Allah, bahkan saat
diperintahkan untuk mengorbankan anaknya, ia taat. Dan karena ketaatannya
mujizat terjadi dan anaknya tidak jadi mati. Iman dan ketaatan yang sama Allah
tuntut ada pada setiap kita sebagai identitas kita sebagai orang percaya (Rm
4:18-25; Kej 22:1-19).
Ketaatan adalah mutlak bagi setiap orang percaya.
Kristus sendiri telah memberikan teladan bagi setiap kita perihal ketaatan. Ia
taat sampai mati demi menebus setiap kita. Marilah kita ikut teladan Kristus
dengan hidup penuh dengan ketaatan terhadap kebenaran firman Tuhan.
Renungan :
Seperti firman Tuhan katakan “janganlah kita
menjadi seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif”. Jangan lagi kita menunda-nunda
untuk hidup taat, waktu terus bergulir dan kedatangan-Nya semakin dekat, segera
ambil komitmen untuk hidup dalam ketaatan mutlak kepada Allah.
Tidak ada komentar