Kain dan Habel
Kain dan Habel
Jika Adam dan Hawa merupakan manusia pertama yang langsung diciptakan oleh Allah sendiri, sedangkan Kain dan Habel merupakan keturunan pertama dari manusia. Walaupun mereka bersaudara, mereka memiliki kebiasaan dan karakter yang berbeda.
Kain sang kakak memiliki ketertarikan pada dunia pertanian, sehingga di dalam pekerjaan dia lebih memilih untuk menjadi seorang petani. Berbeda halnya dengan Habel, dia memiliki ketertarikan pada dunia peternakan, sehingga dalam pekerjaan dia memiliki sebagai gembala domba.
Pada awalnya diantara kakak beradik ini tidak nampak sama sekali adanya persaingan, permasalahan ataupun perselisihan, hingga suatu ketika tiba waktunya bagi mereka untuk mempersembahkan korban bagi ALLAH (Kejadian 4:3-5).
Pada awalnya diantara kakak beradik ini tidak nampak sama sekali adanya persaingan, permasalahan ataupun perselisihan, hingga suatu ketika tiba waktunya bagi mereka untuk mempersembahkan korban bagi ALLAH (Kejadian 4:3-5).
Dalam ayat 3 dikatakan "setelah beberapa waktu lamanya", jika dilihat dari bahasa aslinya kata ini menggunakan kata miskkets yamim, yang diartikan sebagai at the end of days. Kata tersebut dapat diartikan pertama, mengacu pada waktu yang sama saat Allah selesai melakukan penciptaan, yaitu hari ketujuh, saat perhentian atau sabbath. Kedua, kata tersebut juga juga dapat berarti akhir musim tanam atau waktunya panen.
Setelah Kain dan Habel sudah bisa memberikan hasil dari usaha mereka masing-masing, maka mereka berdua membawa hasil usaha mereka dan mempersembahkan kepada ALLAH. Pada waktu kita membaca kisah ini kita akan tahu bahwa pada akhirnya korban dari Habel diterima oleh ALLAH sedangkan korban Kain tidak.
Jika kita mau sedikit berpikir kritis, kira-kira apa ya yang menjadi penyebab ALLAH menerima persembahan Habel, tetapi menolak korban Kain? Padahal kalau dibaca mereka sama-sama memberikan korban bagi ALLAH? Beberapa orang berpendapat bahwa yang menjadi masalah adalah karena Habel mempersembahkan korban hidup (hal ini dikaitkan dengan saat ALLAH melakukan korban pertama, untuk membuatkan pakaian bagi manusia), sedangkan Kain malah mempersembahan tanaman.
Tapi sebenarnya kalau kita mau menyelidiki lebih dalam, ternyata letak permasalahan sebenarnya bukanlah pada jenis korban yang mereka berdua persembahankan kepada ALLAH, tetapi lebih kepada sikap hati yang mendasari dan saat mereka mempersembahkan korban tersebut.
HABEL, mempersembahkan korban persembahannya dengan sikap hati yang murni, tulus, menaruh rasa hormat dan dengan iman. Sikapnya yang demikianlah yang membuat ALLAH berkenan atas persembahannya dan menerima persembahan tersebut.
KAIN, saat mempersembahkan dia tidak menaruh rasa hormat, bahkan dia memandang remeh persembahan tersebut. Hal tersebutlah yang membuat ALLAH tidak berkenan dan pada akhirnya menolak persembahan Kain.
Sikap hati Kain yang tidak benar semakin nyata dan terbuka saat ALLAH bertanya pada dia mengapa hatinya panas.
Hidup Kain dipenuhi dengan pemberontakkan, dipenuhi dengan rasa iri hati. ALLAH telah memberikan suatu peringatan pada Kain agar dia segera pertobat dan merubah sikap hatinya (Kejadian 4:6-7), namun pada kenyataannya sekali lagi terbukti bahwa memang sikap hati Kain tidaklah benar dan dipenuhi dengan ambisi, iri hati dan pemberontakkan. Kain tidak mengindahkan peringatan ALLAH dan pada akhirnya dia membunuh adiknya sendiri Habel (Kejadian 4:8).
Mata hati Kain sudah dibutakan oleh hawa nafsu, bahkan setelah melakukan pembunuhan terhadap adiknya, sama sekali tidak ada rasa menyesal dan keinginan untuk bertobat, terbukti saat ALLAH bertanya kepada dia tentang keberadaan adiknya, Kain tidak mau menjawab dengan jujur, malah dia menjawab seenaknya dan tidak menaruh sama sekali rasa hormat kepada ALLAH.
Sikap hati KAIN yang tidak mau bertobat mendatangkan bencana bagi dirinya sendiri, ALLAH yang adil memberikan penghukuman kepadanya, bukan karena DIA kejam, tetapi justru ALLAH mau menunjukkan pada setiap kita bahwa ALLAH memang penuh kasih, tetapi DIA juga adalah Pribadi yang penuh dengan keadilan.
Kain sudah menentukan dan mengambil pilihannya dan mengambil keputusan, itulah sebabnya keputusannya mengandung konsekuensi dan dalam hal ini adalah berupa penghukuman. (ap)
Tidak ada komentar