Renungan Harian, 12 Januari 2012
Memancarkan Kemuliaan Allah
Keluaran 34:1-35; 2 Korintus 3:18
“Ketika Musa turun dari gunung Sinai – kedua loh hokum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu – tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN” (Keluaran 34:29).
Saat seseorang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, ia telah mengambil suatu keputusan yang penting dalam hidupnya. Ia mati terhadap manusia lama yang hidup dalam kegelapan dan dibangkitkan kembali dalam hidup yang baru sebagai manusia yang hidup dalam terang (Roma 6:4; Efesus 5:8).
Sebelum kita menerima Kristus, kita adalah seteru Allah. Tetapi setelah kita menerima Kristus, kita bukan lagi seteru Allah, sebab kita telah dibenarkan oleh Allah dan hasil dari pembenaran itu kita boleh berdamai dengan Allah oleh karena pengorbanan Kristus (Roma 5:1). Bukan itu saja! Sebagai hasil pembenaran, kita juga beroleh kasih karunia dalam pengharapan kita, dan kita memperoleh kemuliaan Allah (Roma 5:2).
Oleh sebab itu, sebagai orang yang telah menerima kemuliaan Allah, sudahlah sewajarnya jika terang kemuliaan Allah itu terpancar dalam dan melalui kehidupan kita. sama halnya ketika matahari muncul, maka terang itu secara otomatis bersinar dan menerangi bumi, sehingga segala sesuatu dapat terlihat dengan jelas. Demikian dengan kemuliaan Allah dalam hidup kita, idealnya kemuliaan-Nya itu terpancar dengan sendirinya tanpa kita usahakan, sebab Allah-lah yang membuat bersinar (2 Korintus 4:6).
Pohon mangga selamanya akan berbuah mangga. Adalah sesuatu yang mustahil dan tidak mungkin jika pohon mangga berbuah kelapa, sebab buah kelapa pastilah dihasilkan dari pohon kelapa. Kita adalah carang cari pokok anggur yang benar, yaitu Kristus. Sudahlah barang tentu buah yang kita hasilkan adalah buah anggur yang manis, yang memancarkan kemuliaan Allah.
Paulus, sebagai seorang hamba Kristus sadar betul akan kebenaran tersebut. Oleh sebab itu, Paulus berkata : “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” dan “ Karena bagiku huidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah” (Galatia 2:20; Filipi 1:21-22).
Demikian halnya juga dengan kita. sejak detik pertama kali kita mengaku Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, kita bukan lagi hamba dosa, tetapi kita adalah hamba Kristus. Sebagai hamba Kristus hendaknya kita memiliki sikap yang sama dengan yang Paulus lakukan, bahwa hidup kita adalah untuk Kristus dan untuk memancarkan kemuliaan nama-Nya.
Kemuliaan Allah terpancar dalam kehidupan kita melalui sikap, tingkah laku dan tutur kata kita. oleh karena itu, kita harus hidup berpadanan dengan panggilan kita, yaitu untuk terus hidup dalam kebenaran dan kekudusan serta menjauhkan segala dosa dalam hidup kita – hidup sebagai manusia yang baru. Dengan demikian kemuliaan Allah terpancar melalui kehidupan kita, kita menjadi suratan yang terbuka yang dibaca semua orang dan menjadi berkat.
Renungan :
Melalui pembacaan firman hari ini, biarlah kita disadarkan bahwa setiap kita adalah hamba Kristus yang wajib memancarkan kemuliaan Allah. Jangan pernah biarkan dosa sekecil apa pun menghalangi, menyelibungi dan menutupi kemuliaan Allah tersebut.
Kehidupan kekristenan adalah hidup yang memancarkan kemuliaan Allah
Tidak ada komentar