Renungan Harian, 16 Januari 2012
Dipanggil sebagai Imam
Imamat 8:1-36; 1 Petrus 2:9
“Maka Harun dan anak-anaknya melakukan segala firman yang diperintahkan TUHAN dengan perantaraan Musa” (Imamat 8:36).
Imamat 8, secara khusus menceritakan tentang pentahbisan Harun serta anak-anaknya sebagai imam yang melayani di kemah suci. Serangkaian acara disusun dan dilakukan sesuai perintah TUHAN. Mulai dari memakai seluruh perlengkapan imam, pencurahan korban penghapus dosa, korban bakaran sebagai korban api-apian yang menyenangkan TUHAN, barulah pentahbisan Harun dan anak-anaknya serta pengutusannya dilakukan. Dalam prosesi pentahbisan tersebut harus ada korban darah, dimana darah tersebut dioleskan pada cuping telinga kanan, ibu jari tangan kanan dan ibu jari kaki kanan sebagai lambing pengudusan. Kemudian diperciki minyak urapan pada Harun dan anak-anaknya serta pada pakaian mereka, barulah mereka melakukan tugas keimaman dan melakukan perintah TUHAN, sebab keimaman mereka telah sah dihadapan TUHAN.
Setiap orang percaya merupakan imam-imam Allah dalam Perjanjian Baru (1 Petrus 2:9). Sebagaimana keimaman dalam Perjanjian Lama, bahwa keimaman disahkan oleh korban darah dan pengurapan minyak. Demikian halnya dengan keimaman setiap orang percaya dalam Perjanjian Baru, telah disahkan oleh korban darah, bukan darah binatang tetapi oleh darah Anak Domba Allah, yaitu Yesus Kristus, sebagai korban yang sejati dan sempurna (Ibrani 10:10). Dengan demikian kita telah disahkan sebagai imam, yaitu hamba-hamba Allah, sebab kita telah dikuduskan oleh darah Kristus (Roma 6:18, 22). Setiap orang percaya juga menerima pengurapan, bukan minyak, tetapi pengurapan Roh Kudus yang memampukan setiap orang percaya untuk melakukan tugas keimamannya untuk memberitakan Kristus (Kisah Para Rasul 1:8).
Dengan demikian tidak ada alasan bagi setiap orang percaya untuk tidak melayani Allah. Sebab keimaman setiap orang percaya telah disahkan oleh korban darah Kristus dan pengurapan Roh Kudus. Sebagai seorang imam, orang percaya dituntut untuk hidup kudus, sama halnya dengan imam dalam Perjanjian Lama. Hidup kudus bukanlah sebuah pilihan, tetapi suatu ketetapan. Tuhan mau supaya setiap orang percaya kudus, sebab Allah adalah kudus (1 Petrus 1:15-16). Tanpa kekudusan, tidak seorang pun dapat dekat dan menghadap Allah. Jika mendekat dan menghadap Allah saja tidak bisa, bagaimana bisa melayani Allah ? Oleh sebab itu, kekudusan merupakan hal yang esensi dan sangat penting yang perlu mendapat perhatian penuh dari setiap orang percaya. Cara menjaga kekudusan, dengan mempersembahkan tubuh kepada Kristus (Roma 12:1-2) dan menaklukkan pikirannya pada pikiran Kristus (2 Korintus 10:5b).
Orang percaya sebagai imam dan hamba Kristus wajib melayani dan memberitakan Kristus dan meyatakan kemuliaan-Nya. Memberitakan Kristus bukan saja dengan mulut, tetapi hidup sebagai suratan terbuka dengan hidup menjaga kekudusan, ketaatan pada Allah dan hidup dalam kasih.
Renungan :
Biarlah melalui renungan hari ini, setiap kita sadar akan keberadaan kita sebagai imam-imam dan hamba Allah. Sebagai seorang imam, kita patut hidup kudus, hidup sebagai suratan terbuka dan hidup dalam dan menyatakan kasih Allah.
Seorang imam harus kudus dan memancarkan terang
Tidak ada komentar