Hidup dalam Kebersamaan
Bangkit dengan Kebersamaan
Kehidupan Suwido mungkin tak dapat kembali seperti sediakala sebelum tubuhnya lumpuh dan rumahnya hancur pascagempa Bantul berkekuatan 5,9 skala Richter tahun 2006. Apalagi mengembalikan istrinya yang menceraikan dia setelah dia mengalami cacat.
Dengan segala keterbatasan fisik—kaki dan tulang belakang lumpuh—Suwido mengalami titik terendah kebahagiaan selama lebih dari setahun. Tidak hanya dia, kepahitan juga dirasakan oleh sekitar 200 warga Bantul lainnya yang mengalami lumpuh dan cacat akibat gempa. ”Kalau mengingat-ingat peristiwa itu, mau nangis rasanya,” ujar warga Temuwuh, Dlingo, Bantul, DI Yogyakarta, tersebut.
Suwido bertemu Tarjono Slamet, pendiri kelompok kerajinan Mandiri Craft. Tarjono mengajaknya bergabung dengan usaha bersama kerajinan kayu yang dikelola seluruhnya oleh para penyandang cacat alias kaum difabel. Suwido pun menyambut tawaran tersebut. Menjadi perajin membuat Suwido merasa hidupnya kini lebih berarti. Itu karena dia menggeluti usaha tersebut secara total. ( Irma Tambunan)
(sumber:http://www1.kompas.com/read/xml/2008/12/24/0415524/kaum.difabel.bangkit.dengan.kebersamaan)
Kondisi lemah seringkali dapat merubah semangat seseorang, apalagi jika sebelum kondisi lemah itu dialami orang tersebut adalah sosok pribadi yang gemar melakukan berbagai macam aktifitas. Saat tubuhnya menjadi lemah segala sesuatu menjadi sangat terbatas bagi orang tersebut dan hal itu bisa jadi membuat orang yang bersangkut putus asa, merasa tidak berdaya dan tidak tahu bagaimana harus menghadapi masa depan dan menatanya kelak.
Suwido juga pernah mengalami masa-masa paling buruk dalam kehidupannya saat satu kejadian merubah kehidupannya. Namun hal tersebut tidak berlansung lama, sebab dia bertemu dengan seseorang yang dapat membangkitkan semangatnya kembali. Bersama dengan rekan-rekannya yang lain sesama penyandang cacat dia membuat benda kerajinan dimana barang yang dia hasilkan memiliki kualitas yang sangat baik, sehingga negara-negara maju melirik hasil karyanya dan membeli produk hasil buatan Suwido dan kawan-kawan.
Dari kisah diatas kita dapat belajar bahwa memang kondisi tubuh yang lemah membuat seseorang serba terbatas, tetapi hal itu bukan berarti tidak ada sesuatu apapun yang dilakukan. Selagi ada kemauan untuk bangkit pasti ada jalan. Semangat yang demikianlah yang ditunjukkan oleh Suwido.
Allah tidak menghendaki anak-anak-Nya lemah dan tidak memiliki semangat hidup, sebaliknya Allah menghendaki setiap anak senantiasa memiliki semangat hidup, mampu menghadapi setiap tantangan dan saling bekerja sama dengan orang lain untuk menyelesaikan setiap permalasahan.
Penulis Ibrani berkata : “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” (Ibrani 10:24).
Saat kesusahan datang Allah tidak mau anak-anak-Nya hanya berfokus pada dirinya sendiri, tetapi berusaha untuk dapat bekerja sama dengan orang lain untuk menyelesaikan masalah secara bersama. (Anton Pramono)
Tidak ada komentar