Sarah Coiner
Sarah Coiner
Jika setiap manusia ditanya dan mereka harus memilih dilahirkan sebagai manusia normal atau memiliki kelemahan, semua pastilah sepakat bahwa mereka ingin dilahirkan sebagai manusia normal dan tidak satu pun yang ingin dilahirkan dengan kelemahan fisik atau pun mental.
Sarah Coiner adalah seorang yang luar biasa dan memiliki semangat baja. Kok bisa begitu? Dia sejak balita telah mengalami cideta otak, dan hal itu membuat dia memiliki keterbatasan secara fisik. Dia tidak bisa melakukan aktifitas seperti manusia lainnya, tetapi dia membutuhkan bantuan orang lain dan ibunya yang harus menolong dia dalam melakukan berbagai macam aktifitas.
Namun, keterbatasan kondisi fisik tidak membuat dia merasa rendah diri dan mengasihi diri sendiri. Di atas segala kelemahan yang dimiliki, sarah memiliki semangat yang luar biasa dan ingin berbuat sesuatu yang berguna, bermanfaat, dan menjadi berkat bagi orang lain.
Suatu saat, saat usianya menginjak 36 tahun melalui sebuah informasi dia mendengar tentang suatu media pemberitaan Injil bernama Global Media Outreach. Tidak lama dia bergabung dengan Media ini dan menjadi pemberita Injil online melalui segala kesaksian dan tulisannya.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita yang dapat melakukan segala aktifitas dengan leluasa juga memiliki semangat untuk memberitakan Injil sama seperti Sarah? Atau kita justru sibuk dengan kepentingan diri kita sendiri dan selalu mencari-cari alasan untuk menghidari memberitakan Injil dengan alasan sibuk bekerja, tidak ada waktu, ada keluarga, dan berbagai macam alasan lainnya.
Firman Kristus mengatakan :
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."
(Roma 12:11)
Korbarkanlah semangat kita dalam melayani Tuhan, jangan biarkan berbagai macam aktifitas menghalangi setiap kita memberitakan Injil. Justru gunakanlah setiap kesempatan dan setia aktifitas untuk memberitakan kebenaran firman Kristus.
Ingatlah bahwa tugas dan panggilan untuk memberitakan Injil bukanlah tugas segelintir orang saja, atau orang-orang tertentu. Panggilan memberitakan Injil adalah panggilan bagi setiap orang percaya.
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
(Matius 28:19-20)
Sarah Coiner memahami panggilan dalam ayat tersebut. Itulah sebabnya dengan segala upaya, di atas keterbatasan yang dia miliki terus berupaya untuk bisa sedapat-dapatnya menjadi berkat bagi orang lain dan menyampaikan kabar baik Injil Kristus.
Bagaimana dengan kita, saat membaca ayat tersebut? Apakah kita hanya memandang sambil lalu, atau kita menangkap maksud dari ayat tersebut?
Mungkin kita berkata bahwa diri kita adalah seorang yang pemalu, tidak pandai bicara, takut, susah berkomunikasi dengan orang, dan berbagai macam alasan lainnya. Cobalah tengok dan baca dalam kebenaran firman Tuhan, berapa banyak orang yang memiliki yang sama dengan kita, dan berusaha sedapat-dapatnya menghindari tugas dan panggilan itu, mis: Musa dan Gideon.
Namun ingatlah Allah kita adalah Allah yang kreatif dan tidak pernah kehabisan akal dalam memakai kita. Sebab, saat DIA memanggil kita, DIA juga pasti akan memperlengkapi kita. Sama halnya dengan Musa dan Gideon yang diperlengkapi oleh Allah, demikian juga kita, asal kita mau.
Katakan "Ya Kristus aku mau", pada saat ada pengakuan itu dari dalam diri kita, Kristus pastilah memperlengkapi kita. Ketahuilah bahwa untuk memberitakan Injil Kristus tidak hanya satu jalan, tidak harus pandai berbicara atau berkhotbah.
Melalui kesaksian pribadi, saat kita di kantor, atau lagi berbincang dengan rekan, kerabat, atau pun tetangga, atau saat kita membahas suatu resep masakan, pakailah setiap kesempatan tersebut untuk memberitakan Injil Kristus. Dan yang paling penting bukanlah kata-kata kita, tetapi kehidupan kita haruslah menjadi "Injil yang Terbuka / suratan terbuka", yang bisa dibaca oleh banyak orang, dan orang mengenal Kristus melalui sikap, tingkah laku, pola pikir, dan tindakan kita. (ap)
Tidak ada komentar